17 Mei 2007

e v o l u s i

Dia mewujud ketika saya berumur 24 tahun. Tumbuh perkasa dan menyakiti saya hampir dua tahun setelah itu. Tak hanya pikiran dan perasaan, bahkan fisik. Beberapa kali wajah saya tiba-tiba terlihat tambun akibat tingkahnya. Sungguh menyakitkan dan mengganggu komposisi paras saya. Segenap pisuh-pisuhan sudah memenuhi kepala saya, mulai dari jenis-jenis sato kéwan hingga ke pelimbahan.

Jika terus dibiarkan, mungkin suatu saat bisa lebih menyakitkan dari ini. Maka saya putuskan untuk menghentikan rongrongannya. Mbuh bagaimana caranya, harus segera disingkirkan!!

Sama sekali tidak bisa diarih-arih, pergilah saya kepada “sang mumpuni”. Saya ceritakan semua soal si bungsu bejat itu. Betapa kelakuannya menjengkelkan dan memuakkan, menggerogoti jiwa dan raga, lantas merusak segala jenis hasrat saya.

“Sang mumpuni” hanya senyum, kemudian menyelidiki semua yang saya katakan. Menulis-nulis sebentar, dan diberikannya catatan itu kepada saya disertai saran untuk menemui “sang pembukti”, baru kembali lagi kepadanya.

[Siaaall..! hanya oret-oretan begini sama saran pembuktian lebih lanjut, … anjritt!! Malah disuruh wira-wiri…]

Menahan emosi terasa sangat menguras energi, nalar saya tidak lagi tangkas. Persetan dengan “sang pembukti”, SAYA HANYA MAU SI BUNGSU SEGERA DIENYAHKAN. TITIK!!.

Kata-kata penutup “sang mumpuni” sama sekali sudah tak bisa saya dengarkan. Saya undur diri dengan perasaan letih luar biasa.

Saya mencoba tidur, meredakan semua yang sedang saya idap, pikiran, perasaan dan kesakitan. Saya keluarkan catatan dari “sang mumpuni”, berpikir lambat-lambat dengan sisa nalar. Akhirnya saya ikuti juga yang tercatat di sana, tapi untuk datang kepada “sang pembukti”, sama sekali tidak saya pertimbangkan. [wueguahh...!]

Satu-dua hari sudah lewat, saya mereda. Kebetulan saudara saya -yang juga faham betul bagaimana kelakuan si bungsu- memberikan jalan keluar yang saya butuhkan. “Sang penentu” sekaligus eksekutor. Saya minta dibuatkan janji hari itu juga.

Tak lama kemudian saya menemuinya. Sama seperti kejadian sebelumnya, saya bercerita, dia menyelidik. Tapi kali ini kami juga membuat kesepakatan. “Besok, di waktu yang sama, Anda harus kembali kemari.” Saya mengangguk segera.

Esoknya, saya kembali.
Si bungsu disingkirkan, dan saya lega. Berkurang satu ganjalan saya…

-----

Dalam dua pertemuan penentuan, saya menanyakan banyak hal. Nalar saya yang relatif lebih komplet memungkinkan untuk itu. Catatan dan saran dari “sang mumpuni” mendapatkan penjelasan di sini, dan kemarahan saya ketika itu jadi sangat menggelikan.

Bahwa gigi bungsu saya tumbuh serong dan melukai gusi.
[woo…, baru tumbuh saja sudah serong, gimana kalo udah gede…]
Sisa-sisa makanan dan minuman yang tertinggal di mulut, jika tidak dibersihkan bisa menyebabkan infeksi dan pembengkakan.
Jika gusi bengkak, harus dikemp
èskan dulu sebelum dioperasi.
[HAH.., operasi…??!]
Lho iya…, karena gigimu ini gigi sehat. Kalau gigi busuk mah, lebih mudah…
[dan lebih murah… weeek]
Ketika gusi bengkak, pembuluh darahnya juga membesar. Susunan pembuluh ini jadi terlihat lebih ruwet dan uyel-uyelan dengan syaraf-syaraf di gusi.
Yang namanya bengkak kan jadi membesar, lalu mendorong syaraf sehingga bisa bergeser tempat. Ketika operasi dan diodhel-odhel, kan tetap ada kemungkinan terjadi kelebihan
mengiris atau memotong.
[teruus..., teruuus... medèn-medèni....]
Kalau motongnya kelebihan dan kena pembuluh darah, masih lebih mudah dibereskan. Gimana kalau yang kena syarafmu, coba?
[Wakks…! dadi édan, no? Wah, kojur ki…!!] Saya mringis saja, nggak nerusin nanya…

Bener apa nggak, saya nggak tau, pokoknya saya percaya saja. Lha wong yang menjelaskan kepada saya memang kerjanya begituan, kok…

Kalau mau tahu sebetul-betulnya, coba tanyakan soal si bungsu ini kepada ahlinya.

Cuma yang bikin saya bingung sekarang, namanya gigi bungsu tapi kok ada empat biji…, atas dua bawah juga dua.
Kalau tumbuhnya satu-persatu masih ketahuan mana yang paling bungsu, kalau trus bersamaan empat-empatnya, mak brol gitu, gimana?

Lha wong mereka pada nggak punya akte kelahiran.... Mana yang paling bungsu, hayo…?

Catatan:
Sang mumpuni = dokter gigi (mumpuni=mampu, menguasai bidangnya)
Sang pembukti = tukang ronsen

Sang penentu = dokter gigi
Eksekutor = dokter gigi juga

** Soal othot-othotan antara cangkem saya dengan dokternya, tak perlulah saya ceritakan, bayangkan saja sendiri situ… saya males.

perkenalkan, ini gigi bungsu saya yang paling sulung




[Hhhh… k
érééé, kéré…, bungsu saya masih ada tiga lagi…
ngalami evolusi saja kok cuma gusin
é thok!!]


31 komentar:

Anonim mengatakan...

Sakit gigi pancen ga wenak :(

Anonim mengatakan...

gigi bungsu aye yg kanan bawah sudah dibuang, karena tumbuhnya nyundul2 sodaranya di depan. prosesnya lama dan cukup bikin kapok. untung ring tone pak dokter lagu spongebob. lho?! :P

endik mengatakan...

kudune sujud syukur duwe untu mas... jajal piye yen rak duwe untu... pah poh tok, karo empat empot.. jan rak gagah tenan

The Bitch mengatakan...

lho? sampean bukannya bukti teori evolusi eyang darwin?

hehe...

tapi asik juga lho kalo jadi oprasi untu. boroknya tekan cangkem. keren.

mwah!

anakperi mengatakan...

om hedi: hiya'e om... mecucuu terus, musuhe dadi akeh je... :/

mpokb: kanan bawah dan suka nyundul-nyundul? bungsu saya yang sulung di kiri bawah...
om hedi lagi: ada rencana bikin kesebelasan gak, om? tuh udah ada 2 posisi... hehehe...

kawoela alit: aku bersyukur terus'ok, nda... mangkane rak brewoken...
Tapi ana sing seneng nek pah-poh ngono kae, soale ada jaminan penghasilane nambah "tidak kena gigi, jangan harap uang kembali..."

human wannabe: heh.., mosok? darwin ra tau crita soal cangkem, je...
nek soal borok, wooo... tekan endi-endi dong... :.
bayangkan kaya mozaik kae lho...

Anonim mengatakan...

mending loro ati yo mas ben ga usah lungo dokter gigi

Anonim mengatakan...

untung bungsu saya nda berulah .. duduk manis di tempatnya masing-masing ....
lha itu si bungsu dijadiin gantungan kunci, mesti minjem bornya si dokter buat mbolongi ya.....

endik mengatakan...

hehe.. seneng mbanci to mas...? eling boyok... :D

Anonim mengatakan...

luthfi: mrenges thok'ik... apa untumu bar di-kitek-i pa? ben ndang garing? :)

gita: ya mending nggak lara'ok... piye, ta? cah'ok seneng nek dilarani... [lho....?]

nengjeni: ndak brani je, mbak... pas minta aja udah diplototin..
"buat apa?! takut saya guna-guna?"
hehehe..., terpaksa saya urek-urek sendiri pake obeng... :D

kawoela alit: hehehe...
trus kowe arepe njaluk gratisan ae, ngono...? :D

Anonim mengatakan...

diganti wae untumu karo untune tikus, ben ora sah nganggo abuh barang. Coba iku tikus panganane regetan untune gak abuh!!

Anonim mengatakan...

gigi bungsuku, kanan kiri, udah dibuang dua-duanya. sakitnyaaaaaa....

Omith mengatakan...

ngomong2 soal untu..

untuku sing ngarep ocol kabeh
mrotoli pas kecelakaan :((
saiki palsu kabeh hiks..
tp untunge roto ga ketoro kan
heueue :p

Anonim mengatakan...

Alhamdulillah, kasihan sekali mas ya.. aku ngerti penderitaanmu, sekedar saran untuk gigi bungsu yang lain lebih baik di buang sebelum menjadi masalah, seandainya prosedur ro foto dilaksanakan umur 18 -20 th dan kami sudah tahu bakal mengganggu prosedurnya lebih mudah dan tidak terlalu menyakitkan karena tulang rahang belum padat. Tapi orang sering memilih datang ke dokter ketika bermasalah, aku lebih menekankan preventif enak buat pasennya terutama klo dokternya ya sama aja prosedurnya.

Oh ya bungsunya emang kembar empat, gigi bungsu ya mungkin karena belakangan tumbuhnya di sudut rahang khan tiap 1/4 rahang punya satu set jenis gigi yg berbeda2.
Thanks udah di link ya mas ;)

Anonim mengatakan...

maksudnya Alhamdulillah sudah sembuh dan dibuang giginya, tanduk ki... takut salah paham :)

Anonim mengatakan...

moes jum: lho, sampeyan rak mulai tidak masuk akal to, pakdhe...?
mosok diganti mbek untu tikus... untu celeng dong... gagah mencuat di kanan kiri...

venus: kalo udah sembuh, brarti sekarang sudah enak dipake nggigit ya, tan?

mit@: duh, turut berduka...?
tak dongakna ojok pernah ketinggalan yen pas cipo'an... :)

sang eksekutor: horee bu dokter mampir... makasih, bu...
ya itu, dok... banyak juga yang nggak tahu, lho... kalo gigi bungsu ternyata bisa mengancam.

Anonim mengatakan...

untumu sakwise dicopot terus di nggo bandul kalung wae mas..kan iso sangar koyo preman pasar..lumayan, malaki wong liwat nggo mbayar dokter gigi

Bangsari mengatakan...

mesakke tenan! tapi sampeyan masih beruntung. Coba, kalo saja gigi sampeyan bungsu semua apa ndak tambah ciloko? he..he..

Anonim mengatakan...

pitik: wah, kalungku isa kebak untu no kuwi... bar malak dikepruki wong sak pasar, untuku prothol kabeh... dokter gigine ra kebagian no... :)

bangsari: lho... aja dimesakke ta, kang... dijajakke wae, kan enak... :)

Anonim mengatakan...

ik bole poenja pengalaman itoe tjaboet ampat gigi belakang ik poenja binih di RSCM, baiar 8000 Goelden di moeka poen !

Terkoetoek ito etoekang oentoe !

Anonim mengatakan...

gila! hebat sekali menuliskannya. tak hanya mendobrak nalar ( davinci code)namun juga bikin saya tersenyum, karena pernah punya kasus yang sama. :)

Anonim mengatakan...

koeaing!: ik tjaboetken sahadja, bigimana, boeng? bole moera poen, poela ik bole kasi gratiis tjaboet doea lagih... :D

kw: haitt..!! lha kok malah gila...?
makasih udah kulakan ke sini, mas.. :)
eh iya, baris ke-19 itu maksutnya "Pater Pancali", ya?

Anonim mengatakan...

iya. minat? bisa kok, belum ada yang pinjam tuh.

Anonim mengatakan...

sebenarnya yang bermasalah gigi apa gusi sampeyan sih? hehehhe

Anonim mengatakan...

kw: hwee..., menarik juga tu, mas... :) pernah baca tapi sudah luammaa skali...

mbahatemo: lha itu sudah ruwet itu, mbah... yang pasti mulut saya, itu... [kok jadi ita-itu gini, ya...?]

Anonim mengatakan...

bacaan awal saya kira apa ... o sekalinya gigi to...

Anonim mengatakan...

Jebule utekmu ya semper ya le?
Hue he he he ......Apa merga lara untu saki dadi semper?

Anonim mengatakan...

Saya malah nggak sadar mana yang bungsu dan mana yang sulung. Jangan-jangan sulung semua....maklum ndeso, nggak tau yang kaya gini....

lassadad mengatakan...

:-)

anakperi mengatakan...

helgeduelbek: iya, pak guru... gigi... :)

mbenkair: wis turunan kali, kang... :D

si thamrin: mosok ini pengetahuan ndeso sih, mas...? kan seperti anak-anak yang dilahirkan ibu, mas... yang sulung ya yang lahir duluan... :)

luthfi: ancene kowe ki.... :D

Pinkina mengatakan...

Alhamdulillah 4 gigi geraham bungsuku udah tumbuh semuaa... sakitnyaaa Ya Allohh minta ampun dehhh..tumbuhnya 2-2. Temen kantorku pas tumbuh geraham bungsunya lgsg 4 sekaligus, seminggu ndak masuk kantor :))
*selamat, berarti Anda sudah menginjak usia dewasa :D

Anonim mengatakan...

pinkina: perasaan pas tumbuh gigi, nggak nginjak apa-apa'e... [clingak-clinguk] :D