28 Maret 2008

Bon-bin: Bon Beraneka Bin

Selepas menikmati kontradiksi konservasi satwa dan ilmu pengetahuan di Gembira Loka, saya duduk-duduk di parkiran. Aneka jualan hilir mudik dipikul dan didorong, sebagian berhenti di keteduhan pohon. Makanan ringan semacam arum manis dan brondong, tentu saja siap dibawa. Mainan anak-anak seperti gangsingan, terjun payung, dan layangan mini berseliweran diperagakan penjualnya. Jenis mainan bersuara juga tak kalah ramai. Tak jauh beda dengan barang jualan pasar malam yang dulu kerap saya kunjungi di pabrik gula dekat rumah saya.

Satu orang penjual lewat di dekat saya, dia tidak berseru-seru menawarkan dagangannya, tetapi cuat-cuit nyaring. Iya, seperti burung. Di bahunya semampir rentengan plastik kemasan yang mirip kemasan kacang goreng atau bawang putih. Kecil-kecil tapi jumlahnya saya kira ratusan. Saya perhatikan, rupanya yang dijual memang sesuatu yang diemut di mulutnya, yang mengeluarkan cuat-cuit suara burung, aneka burung.

"Pripun carané, Pak?" saya mulai mencari tahu.
"Gampang, Mas. Didèlèh teng ndhuwur ilat, njur disebul mawon. Untuné ditetepké ngoten, bèn nikuné mboten mlayu," sambil mengekspos giginya pada posisi yang dia maksud.

Wééé, malah kaya jaran! Tapi, mendengar kata "nikuné", saya ikutan kaya jaran. Orang ini jualan tapi nggak tahu nama barang jualannya sendiri.

"Pintenan, Pak?"
"Mirah mawon'ok, Mas. Gangsalatusan."

Saya keluarkan uang seribu, beli dua.

"Cobi riyin, Mas. Mengké yen mboten muni, ampun kuwatir, kula ijoli."

Lima ratus rupiah, pakai garansi! mantap betul Bapak ini... Segera saya sobek bungkusnya. Mengikuti petunjuk yang diberikan, letakkan "nikuné" di atas lidah, katupkan gigi, tiupkan udara lewat mulut. Keluarlah bunyi cit-cuit-cuat-cuit. Mengatur bunyinya cukup dengan memainkan konfigurasi moncong.
Saya ucapkan terima kasih, dan penjual "nikuné" berlalu.

Sambil masih cuit-ciat-cit-cuit, saya pandangi satu lagi "nikuné" di tangan saya dan masih terbungkus plastik. Penasaran saya buka bungkusnya agar enak mengamatinya.

Prinsipnya, bunyi dihasilkan dari getaran membran yang disebabkan oleh aliran udara yang melewatinya, yang kemudian bunyi diperkuat oleh rongga mulut. Bahannya juga terlihat sederhana, hanya terdiri dari dua bagian. Rangka luar dan membran.

Rangkanya, terbuat dari kaleng bekas bagian luar batu baterai, dipotong bundar, dibuang bagian tengahnya, lalu dilipat simetris sehingga bisa menjepit membran. Dengan membran yang teregang, maka tiupan yang lembut saja sudah bisa menghasilkan bunyi cukup nyaring.

Membrannya, terdiri darr... eh, mem... HWASU!
Saya mengumpat seraya memuntahkan "nikuné" dari mulut saya...
Pengamatan saya menghasilkan kesimpulan dan pisuhan tak habis-habis berurut isi kerajaan binatang yang baru saja saya sambangi ...
Membran elastis yang tahan diregang terus-menerus, tetapi tipis dan transparan... ini bukan balon sebul! ...DIAMPUTT!! Entuk seka ngendi wong kuwi...!? BIAJINGUK!! PHUEHH...!

8 komentar:

Anonim mengatakan...

pak penjual 'nikune' pasti ngimpor langsung bahan buat membran 'nikune' dari jerman sana. opo ra hebat? :D

**hoeeekkkkk**

Anonim mengatakan...

hihihhiiiii ... kapok awakmu. Mosok sih kowe lali yen wong Jowo iku biasane kreatip, termasuk leles soko panggonan ngguwak bahan dasar "nikune". Menurutku wajar lahh ... isih cedhak2 daerahe too? (isih sak DAS). Tapi ojo2 kuwi asale soko kulit ari ulo (ulo-ne endiks ... hehehe) sing nlungsungi.

Anonim mengatakan...

kondom yak? whoops... njenengan harusnya bangga, negara kita ini pinter daur ulang

lassadad mengatakan...

:)

anakperi mengatakan...

venus: lha itu, bahan bakune sak hohah ngono akehe, kalau dibikin "nikune" semua, berapa banyak mulut yang disusupi, jal...? pas baru dipakai menghambat bocah-bocah keluar, pas bekas baru disorongkan ke bocah-bocah... nggak adil! ya kan, tante ve?

moes jum: lha, sampeyan sing kudu waspada, pakdhe... biyasane sing dolanan "nikune" kuwi bocah lanang sing mbelinge kaya sampeyan kuwi...

tito: ha'a, ya...? ada ide dibikin apa lagi, dok?

luthfi: lho, buwangane sampeyan, toh? pantesan mesam-mesem thok. besok-besok ngati-ati kalo mbuwang yang bekas pakai kayak gitu..., ya?

bahtiar@gmail.com mengatakan...

:)

Anonim mengatakan...

bajingan nggilani tenan kowe mas.. kiro kiro "nikune" kuwi rasa duren opo jeruk..?? ngakuo wae...

sesok maneh gawe dewe wae idep idep leren sinambi ngudud lan ngopi bagda "mumpo", malah bekasmu dewe ora bekase wong liyo

anakperi mengatakan...

cewek nongkrong: mesam-mesem thok, wis tau, ya...?

endik tea: ide bagus kuwi, ndha... trus kowe sing nyobani siji-siji, ya?